Prolog:
Samar-samar, dari balik jendela sebuah kamar di lantai empat asrama, salju yang telah membeku membuat engsel-engsel jendela tak dapat dibuka. Butiran demi butiran salju terlihat berjatuhan di atas pucuk cemara juga sudah memutih.
Di dalam kamar tersebut, yang gelap karena sengaja dimatikan lampunya, seorang perempuan ber-sweater tebal dengan hidung merah karena flu tengah menyandarkan dahinya yang hangat di jendela. Setiap embusan napasnya yang bersuhu lebih tinggi dari suhu ruangan berubah menjadi kabut di hadapannya. Sebagian lagi menjadi titik-titik embun yang menempel di kaca jendela yang tengah disandarinya itu.
Di dadanya, sebuah berkas dibungkus amplop cokelat yang ujung-ujungnya terlipat, ia peluk erat-erat. Berkas yang dari tadi siang diabaikan dan tidak dihiraukannya itu kini benar-benar mengimpitnya, membuatnya sesak.
Dengan pandangan kosong, ditatapnya tempat tidur di seberang ranjang yang sedang di dudukinya. Di sana, teman sekamarnya tengah terlelap tenang dengan dada naik turun seirama napasnya yang teratur. Getaran handphone, yang entah berada di mana, di atas ranjangnya, menyadarkannya dari lamunan. Sebuah SMS baru masuk. Dengan malas, dicarinya handphone itu.
Hujan dan Teduh
Penulis: Wulan Dewatra
Penerbit: Gagas Media
ISBN13: 9797804984
Format: .pdf
Filesize: 491KB
EmoticonEmoticon